6 Maret 2013 yang lalu saya melakukan praktikum mengenai struktur fisik serealia dan kacang-kacangan. Kali ini saya akan membagikan hasilnya dengan teman-teman pembaca. Semoga tulisan yang ada pada blog ini dapat membantu teman-teman. Tapi ingat ya, dimanapun dan kapanpun, budayakan menyertakan sumber setelah mengutip suatu tulisan :)
METODE
PRAKTIKUM
A. Alat
dan Bahan
Alat:
|
Bahan:
|
1.
Beaker glass
2.
Hot plate
3.
Jangka sorong
4.
Neraca analitik
5.
Penjepit tabung
6.
Tabung reaksi
7.
Timbangan
|
1.
Beras
2.
Beras merah
3.
Kacang merah
4.
Jagung
5.
Ketan hitam
6.
Ketan putih
|
Prosedur kerja praktikum serealia dan kacang-kacangan ini
adalah:
1.
Warna dan bentuk
1)
Catat warna
tiap-tiap bahan
2)
Gambar bentuknya
secara utuh
3)
Sebutkan
bagian-bagian yang terlihat
2.
Ukuran
1)
Ukur panjang,
lebar, dan tebal masing-masing bahan menggunakan micrometer
3.
Berat
1)
Timbang sebanyak
100 butir bahan dan nyatakan berat bahan dalam gram/100 butir
4.
Densitas Kamba
1)
Bahan dimasukkan
ked ala gelas ukur sampai volumenya 100 ml
2)
Keluarkan semua
bahan dari gelas ukur dan timbang beratnya dalam g/ml
5.
Daya serap air pada suhu 80oC
1)
20 ml air
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 100 ml
2)
Tabung reaksi
diletakkan di dalam beker glass berisi air bersuhu 80oC
3)
Bahan ditimbang
sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan selama 15
menit
4)
Tiriskan bahan
dan timbang bahan menggunakan neraca analitik
6.
Rasio pengembangan
1)
20 ml air
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 100 ml
2)
Tabung reaksi
diletakkan di dalam beaker glass berisi air bersuhu 80oC
3)
Bahan ditimbang
sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan selama 15
menit
4)
Ukur panjang,
lebar, dan tebal bahan setelah dimasak
7.
Daya serap air tepung terigu
1)
Timbang 25 g
terigu lalu ditempatkan dalam mangkok
2)
Tambahkan air
sebanyak 10-20 ml melalui buret lalu diuleni sampai menjadi adonan menggunakan
tangan
3)
Tambahkan air
melalui buret sedikit demi sedikit sambil terus diuleni sampai terbentuk adonan
yang tidak lengket di tangan
4)
Catat jumlah air
yang ditambahkan
5)
Hitung daya
serap air pada terigu dengan rumus
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1. Warna Dan Bentuk
|
|||
Bahan
|
Warna
|
Bagian Terlihat
|
Gambar
|
Kacang Merah
|
Merah Pudar, Bercak
Putih
|
Kulit Ari
Radikula
|
|
Beras Merah
|
Merah Kecoklatan
|
||
Ketan Hitam
|
Hitam
|
||
Ketan Putih
|
Putih Gading
|
Bentuk Lonjong
|
|
Jagung
|
Kuning
|
Kulit Biji (Perikarp)
|
|
Beras Putih
|
Putih Bening
|
Lembaga
|
2. Ukuran Serealia
|
3. Berat Serealia
|
|||||||||||||||||||||||
Bahan
|
Ä’ P (Cm)
|
Ä’ L (Cm)
|
Ä’ T (Cm)
|
Bahan
|
Berat 100biji (Gr)
|
|||||||||||||||||||
Kacang Merah
|
1,989
|
1,254
|
0,835
|
Kacang Merah
|
82
|
|||||||||||||||||||
Beras Merah
|
1,320
|
0,580
|
Beras Merah
|
2,1
|
||||||||||||||||||||
Ketan Hitam
|
0,590
|
0,250
|
Ketan Hitam
|
2,5
|
||||||||||||||||||||
Ketan Putih
|
0,638
|
0,183
|
Ketan Putih
|
1,5
|
||||||||||||||||||||
Jagung
|
0,909
|
0,612
|
Jagung
|
15,9
|
||||||||||||||||||||
Beras Putih
|
0,659
|
0,2
|
Beras Putih
|
2
|
||||||||||||||||||||
4. Densitas Kamba
|
5. Daya Serap Air Pada
Suhu 80oc
|
|||||||||||||||||||||||
Bahan
|
Berat Gr/100ml
|
Ρ
|
Bahan
|
Wawal (Gr)
|
Wrebus (Gr)
|
Daya Serap (%)
|
||||||||||||||||||
Kacang Merah
|
63,2
|
0,632
|
Kacang Merah
|
2
|
2,1
|
5
|
||||||||||||||||||
Beras Merah
|
108,3
|
1,083
|
Beras Merah
|
2,1
|
3
|
43
|
||||||||||||||||||
Ketan Hitam
|
83,9
|
0,839
|
Ketan Hitam
|
2
|
3,9
|
95
|
||||||||||||||||||
Ketan Putih
|
89,4
|
0,894
|
Ketan Putih
|
2
|
5,2
|
160
|
||||||||||||||||||
Jagung
|
87,8
|
0,878
|
Jagung
|
2
|
2,9
|
45
|
||||||||||||||||||
Beras Putih
|
84,9
|
0,849
|
Beras Putih
|
2
|
4
|
100
|
||||||||||||||||||
6. Rasio Pengembangan
|
||||||||||||||||||||||||
Bahan
|
Ä’pawal (Gr)
|
Ä’prebus (Gr)
|
Daya Serap
|
|||||||||||||||||||||
Kacang Merah
|
1,989
|
1,62
|
0,814
|
|||||||||||||||||||||
Beras Merah
|
1,320
|
1,78
|
1,34
|
|||||||||||||||||||||
Ketan Hitam
|
0,590
|
0,64
|
1,08
|
|||||||||||||||||||||
Ketan Putih
|
0,638
|
1,007
|
1,57
|
|||||||||||||||||||||
Jagung
|
0,909
|
0,84
|
0,924
|
|||||||||||||||||||||
Beras Putih
|
0,659
|
0,814
|
0,235
|
|||||||||||||||||||||
7. Daya Serap Terigu
|
||||||||||||||||||||||||
Bahan
|
Wawal (Gr)
|
Air (Ml)
|
Wakhir (Gr)
|
Daya Serap (%)
|
||||||||||||||||||||
Segitiga Biru
|
25
|
13
|
36
|
44
|
||||||||||||||||||||
Segitiga Biru
|
25
|
11
|
34,3
|
37,2
|
||||||||||||||||||||
Segitiga Biru
|
25
|
11
|
36
|
44
|
||||||||||||||||||||
Rata-rata
|
25
|
11,6
|
35,43
|
41,73
|
||||||||||||||||||||
Cakra Kembar
|
25
|
12
|
35,5
|
42
|
||||||||||||||||||||
Cakra Kembar
|
25
|
13,5
|
37,3
|
49,2
|
||||||||||||||||||||
Cakra Kembar
|
25
|
14,3
|
38,3
|
53,2
|
||||||||||||||||||||
Rata-rata
|
25
|
13,3
|
37,03
|
48,13
|
||||||||||||||||||||
B.
Pembahasan
Struktur Fisik Serealia dan Kacang-kacangan
Pada praktikum ini dapat diamati bahwa kacang merah
berwarna merah pudar keunguan dengan bentung lonjong melengkung. Berat 100 biji
kacang merah adalah 82 gram dengan densitas kamba 0,632. Beras merah, beras
putih, ketan hitam, dan ketan putih memiliki bentuk yang hampir sama yaitu
lonjong dan kecil. Beras merah berwarna merah kecoklatan, ketan hitam berwarna
hitam, beras putih berwarna putih bening, dan ketan putih berwarna putih
gading. Sedangkan jagung berbentuk hampir segitiga dengan warna kuning.
Beras memiliki warna yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan gen yang mengatur warna
aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia. Beras putih pada praktikum ini
berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan
kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Sedangkan beras merah memiliki aleuron yang mengandung gen yang memproduksi antosianin sebagai sumber warna merah
atau ungu. Ketan putih pada praktikum
ini berwarna putih gading dan tidak transparan karena seluruh atau
hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. Sedangkan ketan hitam memiliki antosianin. Warna
bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron),
mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu
kehitaman. Warna kuning pada jagung berasal dari pigmen yang tergabung dalam kelompok
xanthophyl (Astawan, et al.,
2008).
Beras merah memiliki densitas kamba paling tinggi
yaitu sebesar 1,083. Sedangkan ketan hitam, ketan putih, jagung, dan beras
putih berturut-turut adalah 0,839; 0,894; 0,878; 0,849. Densitas kamba
menunjukkan perbandingan antara berat suatu bahan terhadap volumenya. Densitas
kamba merupakan sifat fisik bahan pangan khusus biji-bijian atau
tepung-tepungan yang penting terutama dalam pengemasan dan penyimpanan. Bahan
dengan densitas kamba yang kecil akan membutuhkan tempat yang lebih luas
dibandingkan dengan bahan dengan densitas kamba yang besar untuk berat yang
sama sehingga tidak efisien dari segi tempat penyimpanan dan kemasan (Ade et
al., 2009).
Daya Serap Air dan Rasio Pengembangan Serealia dan
Kacang-kacangan
Pada praktikum ini, dapat diamati bahwa Ketan putih
dan beras putih memiliki daya serap air yang paling tinggi yaitu sebesar 160%
dan 100%. Ketan hitam, jagung, dan beras merah memiliki daya serap air yang
berturut-turut adalah 95%, 45%, dan 43%. Sedangkan kacang merah memiliki daya
serap air yang paling rendah yaitu sebesar 5%. Daya serap air ini dipengaruhi
oleh kandungan pati pada masing-masing serealia dan kacang merah.
Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan
oleh air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut
disebut amilopektin. Perbandingan amilosa dan amilopektin berperan pada
serealia, misalnya pada beras dan ketan. Ketan mengandung 1-2% amilosa,
sedangkan beras mengandung amilosa yang lebih besar dari 2%. Saat pati
dimasukkan ke dalam air panas, akan terjadi pembengkakan granula pati. Hal ini
terjadi saat energi kinetic molekul air lebih kuat dari gaya tarik-menarik
antarmolekul pati di dalam granula sehingga air dapat masuk ke dalam
butir-butir pati. Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat
besar, maka kemampuan menyerap air sangat besar. Membengkaknya granula pati dan
tidak dapat kembali ke kondisi semula ini disebut gelatinisasi. Suhu
gelatinisasi berbeda-beda bagi tiap jenis pati. Pada jagung, suhu gelatinisasi
adalah 62-70oC, sedangkan pada beras adalah 68-78oC.
kisaran suhu yang menyebabkan 90% butir pati dalam air panas membengkak
sedemikian rupa sehingga tidak kembali lagi ke bentuk normalnya disebut Birefringent End Point Temperature (Winarno,
1991). Komposisi amilosa dan amilopektin di dalam biji jagung terkendali secara
genetik. Secara umum, baik jagung yang mempunyai tipe endosperma gigi kuda
maupun mutiara, mengandung amilosa 25-30% dan amilopektin 70-75%. Namun jagung
pulut dapat mengandung 100% amilopektin.
Pati
yang banyak mengandung amilopektin (amilosa rendah), bila dimasak tidak mampu
membentuk gel yang kukuh dan pasta yang dihasilkan lebih lunak (disebut long texture). Sifat long texture tersebut menyebabkan
kecenderungan sifat yang merenggang dan patah, sehingga menghasilkan tingkat
pengembangan yang lebih besar
(Triwitono, 2012). Oleh karena itu, serealia yang mengandung lebih banyak
amilopektin memiliki rasio pengembangan yang lebih besar dan daya serap air
yang lebih tinggi.
Daya Serap Terigu
Tepung terigu
merupakan tepung yang terbuat dari gandum dengan beberapa proses yang secara
garis beras masuk ke dalam 2 (dua) proses yaitu proses pembersihan (cleaning) dan penggilingan (milling). Pada proses cleaning,
gandum dibersihkan dari impurities
seperti debu, biji-biji lain selain gandum (seperti biji jagung, kedelai),
kulit gandum, batang gandum, batu-batuan, kerikil, dan lain-lain. Setelah
gandum dibersihkan dari impurities, dilakukan
penambahan air (dampening) agar gandum memiliki kadar air yang
diinginkan. Proses dampening tergantung pada beberapa faktor.
Antara lain kandungan air di awal biji gandum, jenis gandum, dan jenis serta
mutu tepung yang diharapkan. Proses kedua adalah penggilingan (milling) yang meliputi breaking, reduction,
sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah
memisahkan endosperm dari lapisan kulit. Tujuan dari tahap penggilingan ini
untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik.
Umumnya
penggolongan tepung terigu dilakukan berdasarkan kandungan proteinnya. Biasanya
jenis yang tersedia di pasar memiliki kandungan protein berkisar antara 8% -
9%, 10.5% - 11.5 % dan 12 % - 14 %. Tepung terigu yang digunakan pada praktikum
yaitu tepung terigu segitiga biru dan cakra kembar, memiliki kandungan protein
sebesar 10,5-11,5% dan 12-14%. Menurut Indofood.com, (2012) water absorption tepung terigu Cakra
Kembar adalah 60-64%. Angka ini berbeda dengan rata-rata praktikum yaitu
48,13%. Sedangkan untuk tepung terigu Segitiga Biru, water absorption berkisar antara 58-60%, berbeda dengan rata-rata
hasil praktikum yang menunjukkan angka 41,73%.
Perbedaan ini dapat
diakibatkan oleh kandungan air yang sebelumnya telah ada dalam tepung akibat
penyimpanan yang lembab. Seperti yang telah dikutip dari bogasari.com, kemampuan
daya serap air pada tepung terigu berkurang bila kadar air dalam tepung (moisture)
terlalu tinggi atau tempat penyimpanan yang lembab. Selain itu, hasil praktikum
yang menunjukkan bahwa daya serap air tepung Cakra Kembar lebih tinggi dari
Segitiga Biru sesuai dengan pernyataan bogasari.com yang menyatakan bahwa
tepung yang digunakan dalam pembuatan roti (tepung Cakra Kembar) pada umumnya memerlukan water
absorption yang lebih tinggi dari pada pembuatan mie dan biskuit. (tepung
Segitiga Biru).
Daya serap air
dihitung dengan membagi selisih berat awal dengan berat adonan saat kalis
dibagi dengan berat awal terigu. Berat akhir adonan harus sesuai dengan jumlah
air yang ditambahkan dan berat awal terigu. Dalam praktikum ini sebagian besar
adonan akhir tidak sesuai dengan bahan awal. Human error dan ketidak telitian dalam mengukur jumlah air maupun
kesalahan neraca analitik dapat menjadi sebab perbedaan angka tersebut. Hal ini
dapat menjadi salah satu factor yang menyebabkan perbedaan daya serap air yang
diamati selama praktikum dengan literatur yang ada.
Daya serap air
diukur saat adonan kalis. Menurut Desrosier (1988), bila tepung pertama kali
dibasahi dengan air, protein yang ada berada dalam keadaan tersebar secara
acak. Ketika pencampuran terjadi maka rantai protein berorientasi pada
orientasi atau posisi sejajar. Dalam kondisi ini, kenampakan adonan berubah dan
memperlihatkan sifat-sifat kehalusan dari suatu adonan yang dicampur dengan
memadai. Selanjutnya protein sekarang memiliki elastisitas maksimum, tahap
inilah yang disebut dengan kalis. Pencampuran selanjutnya menyebabkan lebih
banyak ikatan molekuler yang putus dan adonan menjadi bersifat lunak dan lekat.
Untuk mencapai suatu kehalusan yang memuaskan, jenis tepung gandum yang berbeda
memerlukan jumlah pencampur (air) yang berbeda ini dijelaskan oleh Wall (1967)
sebagai akibat dari kecepatan hidrasi protein gandum yang berubah-ubah terutama
gluten. (Desrosier, 1988). Oleh karena itu, kandungan proten mempengaruhi
tingkat penyerapan air atau water
absorption.
Kesimpulan
Beras memiliki warna yang berbeda-beda,
hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna
endospermia, dan komposisi pati pada endospermia. Sedangkan warna kuning pada jagung berasal
dari pigmen yang tergabung
dalam kelompok xanthophyl.
Beras merah memiliki densitas
kamba paling tinggi yaitu sebesar 1,083. Sedangkan ketan hitam, ketan putih,
jagung, dan beras putih berturut-turut adalah 0,839; 0,894; 0,878; 0,849.
Densitas kamba menunjukkan perbandingan antara berat suatu bahan terhadap
volumenya. Densitas kamba merupakan sifat fisik bahan pangan khusus biji-bijian
atau tepung-tepungan yang penting terutama dalam pengemasan dan penyimpanan.
Serealia yang mengandung lebih banyak amilopektin
memiliki rasio pengembangan yang lebih besar dan daya serap air yang lebih
tinggi karena pati yang banyak mengandung amilopektin
(amilosa rendah), bila dimasak tidak mampu membentuk gel yang kukuh dan pasta
yang dihasilkan lebih lunak (disebut long
texture). Sifat long texture
tersebut menyebabkan kecenderungan sifat yang merenggang dan patah, sehingga
menghasilkan tingkat pengembangan yang lebih besar.
Daya serap tepung
terigu terhadap air atau water absorption
dipengaruhi oleh kandungan protein. Untuk mencapai suatu kehalusan yang
memuaskan, jenis tepung gandum yang berbeda memerlukan jumlah pencampur (air)
yang berbeda ini dijelaskan oleh Wall (1967) sebagai akibat dari kecepatan
hidrasi protein gandum yang berubah-ubah terutama gluten.
Daftar Pustaka
Astawan, M., dkk. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ade, B. I. O., B. A. Akinwande, I. F. Bolarinwa and
A.O. Adebiyi. 2009. Evaluation of tigernut (Cyperus esculentus)-wheat
composite flour and bread. African Journal of Food Science. (2):087-091.
Bogasari.com. 2011. Seputar Tepung Terigu
[Terhubung Berkala]. Tersedia: http://www.bogasari.com/tentang-kami/seputar-tepung-terigu.aspx
[10 Maret 2013].
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan
Pangan. Jakarta: UI Press.
Indofood.com. 2012. Terigu Segitiga Biru
[Terhubung Berkala]. Tersedia: http://www.indofood.com:8080/segitigabiru/page.aspx?id=57
[12 Maret 2013].
Indofood.com. 2012a. Terigu Cakra Kembar
[Terhubung Berkala]. Tersedia: http://www.indofood.com:8080/cakrakembar/Default.aspx
[12 Maret 2013].
Triwitono, P. 2012. Beras Ketan dan Sifat
Fisik-Kimianya [Terhubung Berkala]. Tersedia: http://www.alatcetakrengginang.com/2012/02/beras-ketan-sifat-fisika-kimianya.html
[12 Maret 2013].
Winarno,
F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
No comments:
Post a Comment