Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberkan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi.
Syarat pertumbuhan latex
Syarat pertumbuhan latex
- Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman antara 24-28oC
- Kelembaban tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet
- Curah hujan optimal antara 1500-2000 mm/tahun
- Tanaman karet memerlukan lahan dengan penyinaran matahari antara 5-7 jam/hariHasil karet maksimal didapatkan jika ditanam di tanah subur, berpasir, dapat melalukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat ditolerir adalah 2-3 meter).
- Tanah ultisol yang kurang subur banyak ditanami tanaman karet dengan pemupukan dan pengelolaan yang baik. Tanah latosol dan alluvial juga dapat ditanami karet.
- Keasaman tanah yang baik antara pH 5-6 (batas toleransi 4-8)
Potensi industri karet:
Sejumlah lokasi di Indonesia memilki keadaan lahan yang cocok untuk penanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat lebih dari 3,2jt hektar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% perkebunan milik rakyat dan hanya 7% perkebunan besar Negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.
Nilai tambah produk karet
Nilai tambah produk karet dapat diperoleh melalui pengembangan industry hilir dan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industry kayu
Tidak hanya getah karet saja yang diminati oleh konsumen tetapi kayu karet sebenarnya juga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam negeri maupun luar negeri, karena warnanya yang cerah dan coraknya seperti kayu ramin.
Di samping itu, kayu karet juga merupakan salah satu kayu tropis yang memenuhi persyaratan perdagangan internasional karena komoditi ini dibudidayakan (renewable) dengan kegunaan yang cukup luas yaitu sebagai bahan baku perabotan rumah tangga, particle board, parquet, MDF (Medium Density Fibreboard) dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, industri karet pada saat ini bukan hanya berorientasi untuk produk getah karet, tetapi juga untuk produksi biji dan kayu karet.
Hasil Karet
Hasil utama dari pohon karet adalah:
Sebagai salah satu komoditi industri, produk karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam system dan prses produksinya. Produk industry karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Status industry karet Indonesia akan berubah dari pemasok bahan mentah menjadi pemasok bahan jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah lebih tinggi dengan melakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil karet. Hali ini memerlukan dukungan teknologi yang lengkap yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan. Indonesia dalma hal ini telah memiliki lembaga penelitian karet yang menyediakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi di bidang perkaretan.
Sejumlah lokasi di Indonesia memilki keadaan lahan yang cocok untuk penanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat lebih dari 3,2jt hektar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% perkebunan milik rakyat dan hanya 7% perkebunan besar Negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.
Nilai tambah produk karet
Nilai tambah produk karet dapat diperoleh melalui pengembangan industry hilir dan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industry kayu
Tidak hanya getah karet saja yang diminati oleh konsumen tetapi kayu karet sebenarnya juga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam negeri maupun luar negeri, karena warnanya yang cerah dan coraknya seperti kayu ramin.
Di samping itu, kayu karet juga merupakan salah satu kayu tropis yang memenuhi persyaratan perdagangan internasional karena komoditi ini dibudidayakan (renewable) dengan kegunaan yang cukup luas yaitu sebagai bahan baku perabotan rumah tangga, particle board, parquet, MDF (Medium Density Fibreboard) dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, industri karet pada saat ini bukan hanya berorientasi untuk produk getah karet, tetapi juga untuk produksi biji dan kayu karet.
Hasil Karet
Hasil utama dari pohon karet adalah:
- Latex yang dapat dijual oleh masyarakat berupa latex segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin
- Bahan baku pabrik crumb rubber/ karet remah yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industry hilir seperti ban, sepatu karet, sarung tangan, dsb.
- Hasil sampingan dari pohon karet adalah kayu karet adalah kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun ataupun peremajaan kebun karet tua/tidak menghasilkan lateks lagi
- Kayu karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga (furniture)
Sebagai salah satu komoditi industri, produk karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam system dan prses produksinya. Produk industry karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Status industry karet Indonesia akan berubah dari pemasok bahan mentah menjadi pemasok bahan jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah lebih tinggi dengan melakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil karet. Hali ini memerlukan dukungan teknologi yang lengkap yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan. Indonesia dalma hal ini telah memiliki lembaga penelitian karet yang menyediakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi di bidang perkaretan.
Sumber: Materi Kuliah
No comments:
Post a Comment