Friday, May 3, 2013

Sistem Pendidikan TK dan SD di Jepang



Sumber: rumah fahima
Created on Friday, 08 February 2013 15:47
Written by Bidang PPA
Penulis: Staf Bidang PPA

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharaalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang kayu bakarnya adalah manusia dan batu." (Q. S. At-Tahrim: 6)
Selain itu, sabda Rasulullah saw: 
"Kewajiban orang tua terhadap anak ialah memberinya nama dengan nama yang baik; mengajarkan anak sopan santun; mengajarnya menulis, berenang dan memanah; memberikan nafkah yang baik; dan mengawinkannya bila saatnya sudah tiba." (H. R. Hakim)
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, 
 "Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik."
Mendidik dan mengasuh anak di dalam lingkungan sekolah Jepang berarti akan banyak menjumpai faktor-faktor positif serta juga tantangan bagi kita sebagai orang tua muslim untuk mampu mem-filter hal-hal yang diterima anak sehingga dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi muslim yang tangguh. Kita, orang tua yang mempunyai anak-anak bersekolah di Jepang, dituntut untuk mengetahui sistem pendidikan di Jepang agar kita bisa memberikan bekal sekaligus arahan terhadap anak-anak untuk tetap berada dalam rel Islam walaupun mereka bersekolah dan berada di lingkungan yang tidak Islami.

Seperti juga negara-negara yang lain, sistem pendidikan di Jepang ini mengalami perkembangan dan pembaruan sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa serta tuntutan zaman. Sistem pendidikan yang berlaku di Jepang ternyata memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat di "negeri matahari terbit" itu. Di sini kami akan mencoba mengupas tentang sistem pendidikan di Jepang yang kami fokuskan pada pendidikan dasar (Hoikuen = Playgroup / Day Care, Youchien = Taman Kanak-Kanak, dan Shougakkou =Sekolah Dasar), khususnya tentang materi apa yang diberikan kepada anak-anak selama pendidikan dasar tersebut.


Kurikulum sekolah di Jepang disusun oleh bagian perencanaan kurikulum yang terdapat dalam Kementerian Pendidikan (MEXT: Ministry of Education, Culture, Sports, Science and ). Dalam panduannya tentang pendidikan dasar (compulsory education) disebutkan bahwa tujuan pendidikan secara umum yang diberikan dalam pendidikan dasar ini adalah sebagai berikut:
  • untuk menumbuhkan fondasi untuk hidup mandiri dalam masyarakat
  • untuk mengembangkan kemampuan masing-masing individu
  • untuk mendorong kualitas dasar yang diperlukan bagi mereka untuk membentuk negara dan masyarakat.
Untuk menjamin kesempatan warga negara akan pendidikan dasar dan memastikan standar yang memadai, pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab atas terselenggaranya wajib belajar melalui pembagian peran yang tepat dan kerja sama yang saling menguntungkan. Tidak ada biaya yang dikenakan untuk pendidikan wajib di sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah pusat dan daerah.

Adanya tanggung jawab bersama dan kerja sama yang baik antara orang tua, sekolah, pemerintah pusat, dan daerah, serta masyarakat setempat memegang peran penting dalam menyukseskan pendidikan di Jepang ini. Pemerintah pusat dan derah wajib berupaya untuk meningkatkan pendidikan di masyarakat dengan mendirikan perpustakaan, museum, community hall, dan fasilitas pendidikan sosial, membuka penggunaan fasilitas sekolah, memberikan kesempatan untuk belajar, memperoleh informasi yang relevan, dan cara lain yang sesuai.

Panduan kurikulum di sekolah disebut Gakushu Shidouyouryou (GS) yang diakui secara hukum sehingga pelanggaran terhadapnya akan dikenai sanksi hukum. GS merupakan panduan kurikulum untuk SD (shougakkou), SMP (chuu-gakkou), SMP-SMA satu atap (chuutou-kyouiku-gakkou), SMA (koutou-gakkou), dan SLB (tokubetsu-shien-gakkou), sedangkan untuk panduan kurikulum Taman Kanak-Kanak (youchien) disebut youchien-kyouiku-youryou.

Taman Kanak-Kanak (Youchien, Hoikuen)

Berikut ini adalah hal-hal yang harus ditekankan dalam pendidikan di Taman Kanak-Kanak (sumber: Courses of Study, Kindergarten, MEXT):
  • Mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan sukarela yang memungkinkan mereka memimpin kehidupan yang tepat untuk usia dini. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa anak-anak memanfaatkan pengalaman penting untuk perkembangan mereka dengan menunjukkan kemampuan mereka dalam emosi yang stabil.
  • Secara komprehensif mencapai tujuan pendidikan melalui bermain yang berpusat pada instruksi. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa bermain sebagai 'kegiatan sukarela anak' adalah aspek penting dari pembelajaran yang memupuk fondasi bagi keseimbangan fisik dan mental.
  • Bertujuan untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan merespon karakter individual setiap anak. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa perkembangan awal masa kanak-kanak dicapai melalui proses yang beragam dan interaksi antara berbagai aspek fisik dan mental dan bahwa pengalaman hidup dari masing-masing anak beragam. Dalam hal ini, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang bisa mendorong anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan sukarela berdasarkan pada pemahaman dan mengantisipasi kegiatan individu setiap anak. Oleh karena itu, guru harus membuat fisik dan psikologis lingkungan yang mengakui pentingnya hubungan yang baik antara anak, guru, dan segala sesuatu. Guru juga harus bermain berbagai peran tergantung pada kegiatan masing-masing anak dan harus berupaya untuk membuat kegiatan yang lebih memperkaya anak-anak.
Tujuan pendidikan di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada emosi, sikap, dan lain lain sebagai dasar bagi anak-anak untuk merangkul semangat hidup diharapkan bisa dikembangkan pada saat mereka meninggalkan Taman Kanak-Kanak, dengan mengintegrasikan aspek perkembangan anak: kesehatan (fisik dan mental), hubungan manusia (hubungan antara anak dan orang lain), lingkungan, bahasa, dan ekspresi (perasaan dan emosi). Dalam pelaksanaannya, anak-anak diajarkan berbagai kebiasaan-kebiasaan misalnya: kebiasaan dalam makan, membuang sampah, bermain dan membereskan mainan, disiplin dalam hal membaca, berolah raga, mengucap salam, bagaimana bekerjasama dengan teman, berani tampil di depan orang banyak, bagaimana bersikap dengan orang tua, kakek, nenek, bersahabat dengan alam, dan masih banyak lagi yang lain. Tentunya dengan pendekatan anak-anak yang diwujudkan dalam berbagai aktivitas dan kegiatan.

Berikut ini adalah contoh kegiatan-kegiatan di tingkat TK:
  • Kegiatan makan: Setiap bulan sekolah memberikan jadwal kapan harus membawa bekal dari rumah, kapan dari sekolah, kapan jadwal makan siang dengan roti, tergantung masing-masing sekolah. Dengan perlengkapan makan yang tidak sedikit (sendok, garpu, hashi (sumpit), lap basah, alas makan, serbet), anak-anak makan bersama-sama yang biasanya didahului dengan sebuah nyanyian diiringi piano dari sensei dan nyanyian itu diakhiri dengan suara lantang anak anak “itadakimasu”, yang artinya "saya terima makanan (pemberian) ini".
  • Bermain: Setiap kali selesai bermain anak-anak selalu dilatih untuk juga bersama-sama membereskan mainannya
  • Di musim dingin pun anak-anak diagendakan untuk bermain di luar. Biasanya sekolah akan memberikan jadwal kepada orang tua kapan anak-anak bermain di luar di musim dingin agar pakaian dan perlengkapannya tepat untuk kondisi dingin bahkan yang bersalju (ski, bermain salju, dan lain lain)
  • Membaca buku: Satu minggu sekali, biasanya hari Jumat (beberapa sekolah ada yang seminggu dua kali, biasanya hari Rabu dan Jumat) anak-anak boleh meminjam buku di perpustakaan sekolah untuk dibawa pulang dan dibaca di rumah.
  • Berkebun: Anak-anak juga diajari berkebun. Untuk sekolah-sekolah yang mempunyai halaman luas biasanya sebagian digunakan untuk berkebun, menanam, dan memanen bersama anak-anak, kemudian hasil kebunnya dimanfaatkan bersama anak-anak juga, misalnya kentang, bayam Jepang, wortel, daikon (lobak), dan tanaman yang lain.
  • Tampil di depan umum: Happyokai (pertunjukan) adalah salah satu kegiatan anak yang bertujuan melatih anak untuk berani tampil di depan umum.
  • Ketrampilan: Kegiatan ketrampilan pun tidak kalah seru buat anak-anak. Dengan memanfaatkan barang- barang bekas, anak-anak didorong untuk berkreasi menciptakan bentuk-bentuk menarik seperti: mobil, gedung, kereta, tas, dan sebagainya. Ada juga seni melipat kertas (origami) yang banyak disukai anak-anak. Dengan dipandu sensei (guru), anak-anak dilatih untuk bisa membuat bentuk-bentuk sederhana seperti pesawat, bintang, perahu, burung, meja dan lainnya.
  • Kesenian: Kegiatan seni juga merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka belajar menyanyi dan memainkan alat musik.
  • Outdoor activities: Kegiatan luar (ensoku) seperti ke kebun binatang, taman, atau museum juga merupakan kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Kadang-kadang sekolah juga mengikutkan orang tua dalam kegiatan ini. Sensei selain merancang acara untuk anak-anak juga menyiapkan game untuk orang tua bersama anak.
  • Olahraga: Undokai merupakan festival olah raga dalam rangka memperingati Hari Olah Nasional di Jepang. Kegiatan ini dipersiapkan dengan sungguh-sungguh oleh sekolah bersama PTA (Parents Teachers Association). Hampir setiap hari anak-anak berlatih bersama sensei mereka untuk mempersiapkan “atraksi” yang akan ditampilkan di acara undokai ini. Pada saat undokai ini, pihak sekolah juga mengundang orang tua dan keluarga dari anak didiknya (kakek, nenek, adik, kakak) untuk turut serta menyaksikan anak-anak mereka saat “berlaga” di lapangan. Tidak hanya menonton, orang tua dan keluarga mereka pun mendapat giliran tampil di lapangan. Pihak sekolah bersama PTA juga merancang game yang menarik untuk orang tua dan anggota keluarga mereka yang lain. Di musim panas, ada kegiatan renang dan bermain dengan air.
  • Bermalam di sekolah: Pada kelas eldest (kelas 5 tahun), anak-anak yang sudah di semester akhir biasanya ada kegiatan otomarikai (bermalam di sekolah). Anak-anak dilatih untuk berpisah tidur dengan orang tuanya selama dua hari satu malam. Mereka tidur di sekolah bersama teman-temannya disertai acara-acara yang sudah dirancang oleh para sensei yang menyenangkan bagi anak-anak, bahkan beberapa sekolah mengadakan kegiatan ini tidak di sekolah, tetapi di rumah gunung (yama no ie).
  • Kegiatan-kegiatan lain yang tidak kalah menyenangkan bagi anak-anak seperti mochitsuki (membuat mochi bersama), memasak bersama (misalnya: memasak udon (mie), kare, popcorn), dan natsu matsuri (festival musim panas).
  • Parents day: Hampir tiap bulan ada parents day, yaitu orang tua diundang ke sekolah dan terlibat langsung dengan aktivitas sekolah saat itu seperti permainan bersama orang tua dan anak, membuat prakarya bersama orang tua dan anak, menyaksikan langsung kegiatan makan siang anak-anak, dan lain-lain.
Sekolah Dasar (Shougakkou)
Anak-anak memasuki sekolah dasar (shougakkou) pada bulan April setelah ulang tahun ke-6 dan akan belajar di tingkat ini selama enam tahun. Mata pelajaran yang ada di sekolah dasar Jepang berdasarkan kurikulum dari kementerian pendidikan adalah bahasa Jepang (kokugo), aritmatika (sansuu), IPA atau science (rika), kebiasaan hidup (seikatsu), musik (ongaku), menggambar dan kerajinan (zuga kousaku), perekonomian keluarga (katei), pendidikan fisik (taiiku), pendidikan moral (doutoku), studi lingkungan hidup, aktivitas khusus, dan studi terapan.

Secara umum, SD di Jepang hampir sama dengan di Indonesia. Perbedaannya terletak pada pendekatan dan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Di sekolah Jepang anak-anak lebih banyak belajar dari eksperimen dan pengamatan sehingga anak-anak mengerti dan memahami tidak hanya teori dan tidak mengandalkan hapalan. Di sini anak-anak diajak memahami setiap materi dengan pengalaman mereka. Selain itu, hampir semua kegiatan sekolah dilakukan anak-anak dengan berkelompok. Mereka bekerja sama dalam kelompok. Dengan metode ini diharapkan anak-anak akan terlatih untuk kerja sama, toleransi, berpikir kritis, dan saling membantu antara anak yang pandai dan kurang pandai untuk menyelesaikan tugas.

Perbedaan nyata terlihat juga pada mata pelajaran seikatsu (kebiasaan hidup). Mata pelajaran ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak dengan cara hidup mandiri sehari-hari. Ketimbang mulai mengajarkan IPA atau IPS, Jepang lebih memilih memperkenalkan tata cara kehidupan sehari-hari kepada anak-anak yang baru menyelesaikan pembelajaran di TK-nya, serta lebih difokuskan pada kegiatan bermain daripada belajar di dalam kelas.

Pembelajaran bahasa Jepang dan berhitung diajarkan lebih banyak dibandingkan pelajaran lainnya. Pendidikan olah raga juga menjadi mata pelajaran yang diajarkan dalam jumlah yang melebihi mata pelajaran lainnya selain bahasa dan berhitung. Sekolah-sekolah agama diperkenankan mengajarkan agama (Kristen, Buddha, Sinto) sebagai bagian dari pendidikan moral. Selain pendidikan akademik, pendidikan estetika berupa musik dan menggambar juga diajarkan dalam porsi besar.

PTA (Parents and Teachers Association)

PTA adalah sebuah organisasi guru dan orang tua (wali murid) yang memberikan support dan kontribusi aktif terhadap seluruh aktivitas anak-anak. Kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua memberikan kontribusi yang besar terhadap suksesnya aktivitas sekolah. Contoh kegiatan dari PTA ini misalnya “Safety Guidance for Travelling to and from School” (Panduan Keamanan Perjalanan ke dan dari Sekolah).

Itulah kurang lebih gambaran Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Jepang. Ada banyak hal yang bisa kita ambil dari sini, selain juga kita sebagai seorang muslim perlu memberikan benteng keislaman atas hal-hal baru yang mereka dapatkan di sekolah terlebih ketika hal itu bisa meracuni aqidah mereka. Ada banyak kebiasaan baik yang ditanamkan pada anak dan itu harus kita gabungkan dengan kebiasaan yang Islami yang tidak mereka dapatkan di sekolah misalnya salam “assalamu`alaikum “, berdoa sebelum melakukan kegiatan apa pun, salat wajib, dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment