Thursday, June 16, 2016

Aku dan Cadar

Bismillah..

Aku ingin bercadar.

Sore itu udara di dalam DAMRI terasa sangat panas.
Tapi panas sore itu tidak kurasakan karena perhatianku tertuju pada pesan singkat yang baru saja masuk ke HP-ku.
"Buat aku sih, sebaik-baik pakaian perempuan adalah yang hitam dan tertutup hingga wajah. Yang orang bilang kaya ninja itu loh."
Hmm.. Menarik.
Lewat hp itu, aku sedang berdiskusi mengenai bagaimana hijab yang baik, yang TIDAK MENARIK bagi laki-laki.
Kusampaikan kebingunganku bahwa jubah Fatimah ra. yang terpajang di Topkapi Sarayi tidak berwarna hitam, aku sudah melihatnya dengan mataku sendiri.

. . .

Kali ini, dingin rasanya di dalam bus AC jurusan Sukabumi-Bandung.
Entah kenapa permikiran tentang cadar ini muncul lagi. Lagi-lagi di dalam bis. Gara-gara, aku duduk di barisan paling depan. Tepatnya, di sebelah pintu masuk bis.

Di depanku ada Pak kondektur dan seorang laki-laki lagi yang mungkin teman beliau.
Namun, berbeda dengan Pak kondektur dan Pak supir yang mengenakan seragam, teman beliau ini memakai baju biasa sambil garuk-garuk punggung.

Aku bisa menyimpulkan bahwa itu teman mereka karena mereka mengobrol hampir sepanjang jalan.
Tiba-tiba. . .
"Kunaonnya urang teh mun nempo awewe jadi hayang @*#$*@^&% ?"
(Kenapa ya kalau saya liat perempuan, jadi pengen @*#$*@^&% ?)
Whaaaat?! Parah bener paraaah om om ini bicaranya! Beliau engga mikir apa di belakang beliau teh banyak perempuan yang duduk, yang mendengarkan kata-katanya yang tidak sopan itu?

Sejak saat itu, aku merasa semakin penting bagi perempuan untuk TIDAK KEMANA-MANA kalau gak perlu banget. Selain itu, kalaupun harus pergi keluar, harus self defense sebaik mungkin. Salah satunya ya dengan cadar.

. . .

Kubuka lembar demi lembar buku Hadits Shahih Bukhari Muslim hingga sampai pada hadits yang berbunyi:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita
Yaa Allah. . . Makin mantap rasanya niat untuk bercadar ini. Aku tidak sudi menjadi sumber fitnah bagi laki-laki.

Tak lama lagi, akan kuutarakan niatku bercadar kepada orang tua.

Doakan ya.
. . .

Pfftt... seperti yang banyak perempuan lain alami, lingkungan terdekat mereka menolak hal itu.

Akupun pasrah dan memilih untuk tidak kemana-mana kalau tidak perlu. Kalaupun harus ke luar rumah sendirian, aku pakai masker anti debu. Aku yakin, masyarakat lebih mudah menerima bentuk ini. Semoga Allah ridha. . .

. . .

Bersambung...


Note: cerita ini nyata campur fiksi. Silakan ambil manfaat ceritanya dan tinggalkan yang buruknya ^^

No comments:

Post a Comment