Tuesday, September 27, 2016

Aku dan Cadar (2)

Bismillah...


Seperti perjalanan Bandung - Jakarta yang tak pernah mulus, minimal kena lubang di sekitar gerbang Tol Pasteur, begitupula dengan perjalananku ini.

Kali ini, aku sudah terbiasa menggunakan masker anti debu sebagai pengganti cadarku.
Orang tua ku pun sudah tahu itu (dengan PD-nya aku membuat statement ini).

.

Alhamdulillah... kini aku mulai tumbuh di lingkungan pertemanan dengan wanita-wanita shalihah bercadar. Kami terkadang berinteraksi dengan para pedagang melalui cadar.

Saat pertama kali keluar pas istirahat, aku pikir para pedagang akan menatap sinis kepada kami.
Tapi ternyata, prasangkaku salah besar.
Jajan tetap jalan, walau wajah tertutup purdah.
Bahkan seorang mang penjual batagor sempat bertanya kepada salah seorang teman saya -yang beneran bercadar, bukan bermasker kaya saya- "neng belajar teh biar apa?" sambil hereuy.

Ohh bahagianya~

.

Dan tiba-tiba...

Kali ini seperti biasa saya berinteraksi dengan pedagang -mungkin bisa disebut langganan- dibalik masker.
"Tania ya?" ujar sang pedagang.
"Bukan" jawab saya.
"Ah itu saya hafal matanya"
-________________-

KENAPA MATA AJA BISA DIHAFAAAAAL??

Beneran ini mah, naek level deh pemikirannya jadi mesti pake Burka -_______-

Sebaik-baik tempat wanita memang di rumahnya!!



No comments:

Post a Comment