Saturday, April 18, 2015

Supply Chain Management

Istilah supply chain management (SCM) pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982 (Pujawan, 2010). SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke konsumen akhir. Sedangkan menurut the Council of Logistics Management, SCM adalah hal yang sistematis, koordinasi yang strategis antarperusahaan yang tidak hanya berorientasi pada urusan internal, namun juga eksternal untuk melakukan pengembangan jangka panjang. Menurut Render dan Heizer (2001), SCM adalah mencakup keseluruhan interaksi antara supplier, perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat. Menurut Copra dan Meindle (2002), tujuan SCM adalah untuk memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan. Nilai SCM dihasilkan dari perbedaan nilai dan harga produk akhir yang sampai ke tangan konsumen dengan adanya upaya yang ditempuh SCM. SCM terdiri dari beberapa cakupan area yang terlibat dalam memenuhi kebutuhan konsumen. 

Menurut Pujawan (2010), area cakupan SCM mencakup beberapa klasifikasi, yaitu:

1. Kegiatan merancang produk baru (product development)
2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement, purchasing, supply)
3. Kegiatan merencanakan perencanaan dan pengawasan (planning and control)
4. Kegiatan melakukan produksi (production)
5. Kegiatan melakukan pengiriman atau distribusi (distribution)
6. Kegiatan pengelolaan pengembalian produk atau barang (return).

Sebuah supply chain harus mendukung pencapaian tujuan-tujuan strategis untuk dapat bersaing atau bertahan di pasar. Oleh karena itu, supply chain harus dapat menyediakan produk yang berkualitas, tepat waktu, bervariasi, dengan biaya seefisien mungkin.

4 comments: