Kemajuan Dalam Pengontrolan Penyakit Pascapanen pada Produk Tropis Segar
Author: Lise Korsten
Reviewer: Tania Fauzia Iqbal (1000551)
Seiring dengan meningkatnya pasar global, pengiriman produk-produk segar dari suatu Negara ke pasar global juga meningkat. Hal ini menuntut rantai pendinginan yang efektif dan manajemen produk yang praktis untuk menjamin kualitas produk segar dan memperpanjang masa simpannya. Keamanan produk juga menjadi syarat untuk diterima di pasar. Oleh karena itu, produser harus memberi perlakuan pascapanen yang tepat, menjaga kualitas produk, dan meningkatkan keamanan produk secara holistik. Secara tradisional, pengekspor melakukan usaha-usaha kimiawi pada hasil agrikultur untuk melindungi hasil panen secara efektif. Namun, pandangan umum yang buruk mengenai bahan-bahan kimia membuat produser harus mencari alternative lain dalam melindungi hasil panennya. Jurnal ini akan menguraikan contoh-contoh dari kemajuan-kemajuan baru dalam mengontrol penyakit pascapanen pada produk tropis segar. Perlakuan yang telah diteliti meliputi perlakuan biologis, fisik, dan control terpadu.
Secara tradisional, buah-buahan dan sayuran ditanam untuk konsumsi langsung dan distribusi ke pasar-pasar local. Belakangan ini kebiasaan tersebut telah berganti seiring dengan kemajuan teknologi dalam hal perpanjangan daya simpan dan fasilitas penyimpanan yang efektif, dan system transportasi yang lebih baik. Kemajuan-kemajuan ini memungkinkan persaingan dalam pangsa pasar yang lebih jauh. Pengontrolan penyakit pascapanen menjadi hal yang mendasar untuk mempertahankan kualitas produk. Secara umum, fungisida yang ampuh biasa digunakan untuk memperpanjang masa simpan dan menjaga kualitas produk. Namun, karena peningkatan pendapat negative tentang bahan kimia secara global, produser harus mencari alternative untuk menjamin produk dikirim dengan kondisi yang terjaga kualitasnya. Beberapa alternative seperti sedikit kimia, kimia alam, disinfektan, pemakaian kalsium, regulator pertumbuhan, control biologis, pengontrolan terpadu, perlakuan fisika, dan modifikasi genetic pada tanaman ditemukan lebih menjamin kualitas produk. Jurnal ini menguraikan beberapa alternative tersebut dalam pengontrolan penyakit pascapanen.
Populasi mikroba tergantung dengan masing-masing tahap perkembangan buah dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Biasanya jamur lebih dominan pada buah-buahan sedangkan bakteri lebih dominan pada sayuran. Saat buah dipanen, kestabilan populasi mikroba akan mulai berubah. Setiap langkah penangan pascapanen akan berdampak pada populasi mikroba. Dalam penelitian ini, kelompok peneliti menemukan bahwa populasi mikroba bergantian secara dinamis seiring dengan pemberian sulfur dioksida pada buah lengkeng. Hal yang menarik adalah peningkatan signifikan pada mikroba pathogen seperti Phomopsis, Aspergillus. dan Penicillium spp. Patogen-patogen ini terutama Penicillium spp., adalah penyebab kerugian tahunan dalam pasar ekspor. Saat mengembangkan strategi pascapanen, sangat penting untuk menghitung jumlah perubahan populasi untuk mencegah berkembangnya penyakit.
Manajemen kualitas produk segar yang efektif dimulai dari ladang. Langkah pertama yaitu memilih bibit unggul lalu pengangkutan dan criteria marketing yang memuaskan pembeli. Faktor-faktor stress prapanen seperti kelebihan atau kekurangan air, kondisi lingkungan yang ekstrim, kadar nitrogen yang tinggi, dapat mengakibatkan buah-buahan mudah terjangkit penyakit pascapanen. Dalam sebuah penelitian sebelumnya, Botryosphaeria sp. ditemukan lebih mencolok pada pohon yang terkena kekeringan panjang dan ketidakseimbangan kandungan garam. Memanen buah-buahan pada tahap optimal serta ukuran dan kematangan yang cukup dapat menghasilkan kualitas yang tinggi dan masa simpan yang panjang. Pada penelitian sebelumnya, pengangkutan dan penanganan komersil pada buah lengkeng secara signifikan menurunkan masa simpan dan kualitas dibandingkan dengan buah lengkeng yang ditangani dengan hati-hati. Selain itu, prapanen komersil buah lengkeng meliputi sanitasi kebun, higienitas pemetik, kebersihan wadah petikan, interval pemetikan, dan durasi dari pemetikan hingga pengemasan, berdampak pada kualitas akhir buah. Staphylococcus aureus adalah satu-satunya penyakit bawaan makanan yang pernah terdeteksi dalam rantai buah-buahan dan ditemukan di tangan pemetik atau pengemas.
Dalam penelitian, Salmonella enteric subsp., Typhimurium, mampu secara efektif menempel pada permukaan buah jeruk kurang dari lima menit setelah terpapar pada air spiked pack house yang biasa digunakan untuk mencuci buah-buahan atau menambahkan fungisida.
Titik-titik kontaminasi juga dapat diperoleh dari lingkungan saat buah-buahan berpindah dari ladang ke konsumen misalnya dari truk pengangkut, rumah pengemasan, ruang pendingin, container atau truk pendingin, gerbang terminal, pusat pendistribusian, tempat pengemasan ulang, pasar, peritel, atau pusat pelayanan pangan atau rumah-rumah.
Penelitian terbaru menemukan bahwa ekstrak atau produk tumbuhan alami menjadi sangat popular sebagai pengontrol penyakit pada tumbuhan. Beberapa penelitian menguraikan produk-produk seperti asam salisilat, minyak esensial, asetaldehid, dan etanol memiliki potensi untuk digunakan dalam lingkungan pascapanen.
Perlakuan fisik pascapanen alternatif telah terbukti dapat meningkatkan kualitas produk dan memperpanjang masa simpan. Penyimpanan tekanan rendah (hipobarik) memiliki efek dalam menurunkan kadar respirasi dan menghilangkan perkembangan etilen. Contoh lain adalah perlakuan panas. Perlakuan ini efektif dalam mengontrol infeksi berbahaya yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides yang mengakibatkan anthracnose pada mangga. Radiasi pengion juga sudah berhasil digunakan untuk memperpanjang masa simpan dan menghambat pembusukan.
Beberapa produk alternative telah diuji coba untuk menggantikan fungisida yang sangat efektif bagi pascapanen. Penggunaan yang kontinyu dari bahan-bahan kimia seperti prokloraz akan terus digunakan sebagai jalan yang lebih terjamin untuk melindungi pertumbuhan dan pengenalan produk dalam ruang lingkup yang lebih luas. Produk Generally Regarded as Safe (GRAS) telah ditemukan lebih menarik dan memiliki potensi untuk mengontrol penyakit pascapanen. Produk-produk ini termasuk hydrogen peroksida, asam asetat, garam karbonat dan bikarbonat, klorin, dan gula.
Atmosfer penyimpanan yang terkontrol ataupun dimodifikasi telah digunakan di banyak Negara. Penggunaan teknologi ini telah meluas ke penggunaan di container, dan yang lebih baru, dalam pengemasan atmosfer. Penyegelan beberapa jenis buah dalam pengemasan polimer meningkatan masa simpan produk. Masa simpan strawberi, misalnya, dapat diperpanjang hingga 10 hari jika disegel dengan polietilen atau polivinilklorida.
Perpaduan perlakuan air panas dan fungisida telah diketahui sebagai cara yang efektif untuk memperlambat pembusukan. Perlakuan ini juga memperpanjang kehidupan fungisida pada produk komersil. Mengkombinasikan fungisida dengan lilin alami atau yang dapat dimakan juga menghasilkan peningkatan efektivitas produk. Perpaduan perlakuan fisika seperti radiasi dan penyinaran ultraviolet diketahui efektif melawan fungi sensitive pada sinar gamma dosis rendah seperti Colletotrichum spp.
Tidak diragukan lagi metode holistic dan manajemen total produk akan menjamin kualitas dan keamanan produk dengan lama masa simpan yang diinginkan. Memadukan bermacam-macam metode menawarkan daya simpan yang lebih panjang, konsistensi, dan solusi bagi produsen untuk membunuh pathogen. Menjamin kualitas dan keamanan produk dimulai dari perkebunan dengan penerapan sanitasi dan higieni yang baik. Pelatihan pekerja selama terus-menerus menjamin penanganan produk yang lebih hati-hati.
lengkap sekali kak infonya
ReplyDeletevibratory roller